Latest News
Latest Post

Surya: Yane Ansanay, Doktor Wanita Pertama Papua Di Bidang Fisika

Written By Unknown on Minggu, 07 Mei 2017 | Mei 07, 2017


Jayapura, Jubi – Tokoh pendidikan dan fisikawan Indonesia, Prof. Yohanes Surya yang juga pendiri Surya University mengatakan, putra dan putri asal tanah Papua sudah semakin maju di bidang pendidikan walaupun sebelumnya dibilang masih terbelakang.

“Kemarin seorang anak Papua datang ke Surya University. Ia memberitahu bahwa ia baru saja mendapatkan S-3 nya dari North Carolina State University (NCSU). Ia adalah Yane Ansanay Ph.D. Doktor wanita pertama Papua dalam bidang fisika,” terang Prof. Yohanes Surya kepada Jubi melalui wawancara elektronik, Minggu (31/1/2016).

Manurut Yohanes Surya, Yane Ansanay mendapat beasiswa bukan dari pemerintah Provinsi Papua tetapi sebagai research Assistant di NCSU sejak tahun 2010. “Di samping Yane, ada dua doktor dan beberapa master dari anak-anak Papua yang pernah kami didik 11-13 tahun lalu,” ujarnya.
“Waktu itu mereka merebut dua emas dan beberapa perak atau perunggu dalam OSN 2005 di Jakarta. Butuh waktu panjang untuk membangun sumber daya manusia,” jelas Surya.
Dijelaskan Yohanes Surya, program didik anak-anak Papua sempat terhenti di tahun 2005. Walau demikian, pihkanya memulai lagi tahun 2008.
Yane Ansanay mengaku, Papua punya potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang bagus.
“Saya percaya kalau kita lakukan ini secara serius, Papua akan semakin merasa bagian yang tidak terpisahkan dari Indonesia dan kita dapat bersama-sama membangun negeri tercinta ini,” ungkap Yane yang menyelesaikan S1-nya pada Univeristas Pelita Harapan, Jakarta.
Dikatakan, Pemda entah Provinsi Papua atau Kabupaten/Kota harus banyak bantu para putra dan putri khusus anak-anak asli dengan program pendidikan yang baik dan berkesinambungan. (Abeth You)

Sejarah Berdirinya Detik.com


berita KOMPAS – Sejarah Panjang Berdirinya Detik.com. Detikcom awalnya adalah proyek pribadi sebuah perusahaan penyedia jasa konsultasi, pengembangan, dan pengelolaan web, Agranet Multicitra Siberkom. — Di singkat menjadi Agrakom — Untuk mensiasati kondisi perusahaan saat krisis ekonomi 1997. Agrakom saat itu seperti banyak perusahaan lain juga menghadapi persoalan. Order jasa web site terhenti, sementara proyek-proyek e-commerce yang sudah di tangan di tunda oleh klien. Padahal Agrakom yang berdiri Oktober 1995 dengan investasi yang lumayan gede. Agrakom termasuk salah satu pelopor Industri konten IT yang menyasar pasar Internet yang mulai di kenal di Indonesia pada tahun 1993.
Agrakom sempat beberapa kali mengecap manisnya kue bisnis itu dari beberapa klien besar seperti Kompas Gramedia yang meluncurkan Kompas Cyber Media untuk berita koran versi Internet atau PT. Tambang Timah Tbk. Agrakom didirikan oleh Budiono Darsono dan teman teman yang sebagian besar berlatar belakang Jurnalis, pada masa awal Agrakom berkantor di perkantoran Stadion Lebak Bulus, namun berhasil menggaet sekitar 10 klien raksasa dari luar negeri. Antara lain Philips (elektronik), Hair Builder (properti), Anderson (News), Radio Extreme (Konsultan Sekuritas), Intel dan AIM Service.
Umumnya klien tersebut perusahaan Amerika dan tidak memiliki kantor di Indonesia. Kepada Agrakom sebagian besar perusahaan tersebut mempercayakan penggarapan dan pengembangan situs Web mereka. Sebagian lainnya mengorder jasa pengembangan aplikasi.
Semua kontak bisnis dilakukan melalui email dan telepon. Preview pekerjaan juga dilakukan melalui Internet. Adapun diskusi pekerjaan dipresentasikan melalui Chat yang secara khusus dibuat oleh Agrakom. Nilai proyek yang ditangani terus meningkat, awalnya hanya Rp. 300 juta, lalu meningkat Rp. 425 juta bahkan sempat sampai mencapai Rp. 1 Miliar.
Tapi kue manis tersebut tak berlangsung lama, Krisis Moneter 1997 membuyarkan semuanya. Mensikapi kondisi tersebut , kemudian Budiono Darsono (eks Wartawan DeTik), Yayan Sofyan (eks Wartawan DeTik), Abdul Rahman (eks Wartawan Tempo) dan Didi Nugrahadi (tetangga rumah Budiono yang tinggal di Pamulan Tangerang). Empat sekawan ini berpikir keras mencari konsep jasa web baru yang tetap laku dalam situasi krisis. Ada cerita lain bahwa ide ini lahir akibat paket layanan baru dan pernah ditawarkan kepada salah satu penerbit koran besar, namun ditolak. Klien itu justru menyarankan agar Budiono dan kawan kawannya menggarapnya sendiri.
Dari serangkaian pertemuan, nongkrong di berbagai tempat, akhirnya konsep itu ditemukan. Yaitu sebuah media yang 100% berbasis Internet dan memanfaatkan semaksimal mungkin keunggulannya – tersedia setiap saat dan interaktif. Namun gagasan ini masih mentah karena Budiono dan kawan kawan masih bingung seperti apa wujudnya. Terdapat beberapa alternatif matang dan tinggal menjiplak saja. Misalnya waktu itu lagi populer sekali Yahoo, dimana orang yang mau browsing pasti ke Yahoo dulu, buat cari informasi, jadi ada rencana buat portal seperti Yahoo, atau bikin Web Mail Gratis macam Hotmail. Tetapi pilihan akhirnya jatuh pada membuat situs berita yang cepat terupdate dalam hitungan menit, bukan lagi harian seperti koran.
Budiono sangat yakin orang-orang sedang membutuhkan berita macam begini. Gagasan itu sepertinya mencontek gaya breaking news televisi CNN tetapi ala internet. Sama juga seperti Yahoo! yang sebetulnya sudah memakai konsep itu dengan berita update langganan dari pelbagai kantor berita. Sayangnya, mesin pencari ini masih berbahasa Inggris. Padahal di Indonesia hanya sedikit orang yang mau baca Web Site berbahasa Inggris. Detik.com waktu itu memang unik. Jangankan Di Indonesia, di seluruh dunia pun waktu itu tidak ada Portal Berita macam Detik.com.
Pada awal operasionalnya Budiono menjabat sebagai pemimpin redaksi sekaligus reporter dengan satu tape recorder. Lalu merekrut beberapa reporter, sembari rajin menelepon bekas teman-teman wartawan di media lain untuk menyumbang berita. Beritanya singkat, orang yang sering di telpon Budiono adalah Sapto Anggoro, redaktur di harian Republika, yang kerap memberi info baru di lapangan kepadanya.
Tidak lama Sapto justru keluar dari koran itu dan bergabung, bahkan sekarang tercantum sebagai dewan redaksi Detikcom. Delapan hari setelah Soeharto lengser, 30 Mei 1998, server Detikcom sudah siap di akses, namun baru mulai on line dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Berita-beritanya segar, anyar, dan terus menerus diperbaharui dalam hitungan detik. Desain website berbalut warna khas yang agak norak, hijau, biru, dan kuning. Warna ini sampai sekarang dipertahankan sebagai trademark. Baru sebulan Detikcom on line telah ada sekitar 15.000 hits alias yang mengklik situs baru itu. Perkiraan itu akhirnya terbukti karena dalam waktu singkat Detikcom menjadi sangat dicari.Satu tahun kemudian, jumlah pengunjung melesat menjadi 50.000 orang perhari, sebuah pencapaian luar biasa mengingat pengguna Internet yang baru sedikit saat itu.
Banyak cerita tentang sulitnya para reporter Detikcom menyajikan berita – berita secara tepat waktu. Saat itu belum ada BlackBerry atau semacam SmartPhone yang bisa mengirimkan email berita dengan sekali pencet. Telepon genggam (Handphone) apalagi PDA di tahun 1998 – 1999 amat mahal, dan terbatas. Satu satunya jalan adalah memanfaatkan telepon umum dan setiap pagi para reporter Detikcom terlebih dahulu diwajibkan untuk masuk ke kantor mengambil beberapa kantung uang recehan. Yang terjadi adalah antrean panjang telepon umum dan para wartawan itu sering kena omel para pengguna telepon. Dengan begitu berita yang dikirimkan disiasati lebih singkat dan pendek. detik
Keberhasilan Detikcom pun turut menjadi pemicu munculnya demam Internet di Indonesia pada pertengahan 1999. Ini menyadarkan banyak konglomerat media yang merasa kecolongan tidak memanfaatkan kesempatan emas di waktu yang sulit itu. Lagi pula, membangun sebuah situs tidak perlu modal yang banyak, seperti mendirikan pabrik. Mulailah bermunculan perusahaan Internet serius didirikan seperti Satunet, Astaga!com. James Riyadi pemilik Lippo Life membuat Lippo e-Net dan Lippostar. Adapula Mweb, Kopitime, dan BolehNet. Bedanya portal-portal tersebut banyak yang didirikan hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat. Investasi awal jor-joran dengan menawarkan pelbagai fasilitas canggih berbiaya besar yang di gratiskan seperti email, chatting, kirim SMS dan bahkan webfax gratis, untuk mengundang pengunjung. Setelah mencatat banyak hits, mereka melepas kepemilikan di bursa saham untuk mendapatkan dana.
Di kepung oleh pemodal besar membuat Agrakom pun menjual 15% saham Detikcom kepada Investor asal Hongkong, Pasific Tech seharga USD2 juta. Uang sebanyak itu berpuluh kali lipat dari investasi awal DetikCom yang hanya Rp. 40 juta. Dana sebesar itu membuat Detikcom nervous harus seberapa besar pendapatan yang diperoleh kalau investasinya saja sudah hampir menginjak belasan juta dollar Pak Budiono Darsono Akhirnya di putuskan belanja teknologi dikeluarkan seperlunya. Tenaga penjual iklan di rekrut. Bahkan, iklan dari dotcom lain di terima, termasuk dari kompetitor.
Awal Januari 2000, Detikcom merilis email gratis, chating, ruang diskusi, dan menambah sejumlah kanal baru. Ciri khas jurnalistik lebih di pertajam dengan serangkaian kerja sama organisasi kampanye untuk memasok berita di daerah. Fasilitas SMS dan WebFax gratis yang biaya operasinya mahal ditiadakan. Tidak ada biaya promosi miliaran rupiah. Tidak ada content management system seharga ratu san ribu dolar, tetapi mengembangkan sendiri. Langkah meniru nan hati-hati itu akhirnya bisa menyelamatkan. Di awal milenium, krisis dotcom meledak di Amerika Serikat. Saham saham perusahaan berbasis teknologi bertumbangan. Kekecewaan investor bahwa jaringan internet ternyata tidak mendatangkan keuntungan seperti yang dijanjikan terbukti sudah oleh kiamat dotcom yang datang lebih cepat. Dari sisi pendapatan krisis dotcom tahun 2000 telah menyebabkan banyak pemasang iklan tidak lagi mau percaya pada media Internet. Satu persatu portal yang pada tahun 1999 tumbuh pesat, kini mulai gulung tikar.
Maka awal 2001 situs situs milik para Konglomerat Media itu kehabisan modal. Budiono dan kawan kawan bertahan dengan modal pas-pasan setelah menutup kembali fasilitas yang di anggap tak menguntungkan. Detikcom masih memiliki napas hasil menyisakan modal dan sedikit dari penghasilan iklan – Oktober 2000 pendapatan iklan Detikcom mencapai lebih dari Rp. 500 juta. Berita yang tak banyak pembacanya dan tak menarik pemasang iklan dihentikan. Serangkaian bidang usaha baru dirilis, tahun 2003 terlihat bahwa dari beberapa bidang usaha baru, mobile data (layanan kirim berita lewat SMS) adalah yang paling cepat memberi hasil.
Selanjutnya, Detikcom melenggang sendirian tanpa lawan yang berarti. Banyak pujian datang karena Detikcom salah satu dari sedikit media yang bisa bertahan pada era industri media yang mulai bergerak ke arah konglomerasi. Ada Kompas Gramedia, Media Group, Para Group, MNC, Jawa Pos Group, dan Visi Media Asia. Dan yang terjadi belakangan pada akhirnya adalah raksasa-raksasa ini justru mengekor kepada semut. Kompas mereborn Kompas.com, MNC mendirikan okezone.com, Visi Media milik Grup Bakrie melahirkan VivaNews. Tempo Inti Media mengaktifkan tempointeraktif.co.id, belum lagi Inilah.com dan Wartaone.com. Menanggapi banyaknya portal Berita yang muncul, Budiono Darsono bilang “Dulu pun kami menghadapi pemain modal besar, tapi Detik bisa menghadapinya, Bisnis ini dibangun dengan semangat jurnalistik, bukan dengan dan Modal”. SUMBER: Dari berbagai sumber
sumber data dan foto : KOmpas.com

Liputan Sidang Pilkada Tolikara, Tiga Jurnalis Televisi Diancam Dibunuh

Written By Unknown on Minggu, 30 April 2017 | April 30, 2017


Jayapura – Tiga wartawan televisi diintimidasi setelah mengambil gambar dalam persidangan sengketa pilkada Kabupaten Tolikara dengan menghadirkan lima komisioner KPUD Tolikara.
Ketiganya adalah Ricardo Hutahaean, kontributor MetroTV; Mesakh Item, jurnalis TVRI dan Audi, jurnasli JayaTV.
Persidangan yang berlangsung di Pengadilan Negeri Wamena, Kabupaten Jayawijaya, membuat ketiga wartawan itu harus menghapus video yang telah diambil sebelumnya.
Kontributor Metro TV, Ricardo Hutahaean menuturkan Ketua Majelis Hakim, Benyamin Nuboba yang didampingi dua hakim anggota yakni Roberto Naibaho dan Ottow W. Siagian sempat mempertanyakan kehadiran ketiganya di ruang sidang, sebelum sidang dimulai.
Ricardo langsung memberikan alasan bahwa ketiganya sedang melakukan tugas jurnalistiknya, sambil menunjukkan id card masing-masing. Tak lama kemudian, ketiganya dipersilahkan untuk melakukan pengambilan gambar.
Namun setelah itu, saat ketiganya sedang duduk pada salah satu ruangan di Pengadilan Wamena, didatangi oleh 20 orang warga dan rombongan warga itu lantas menginterogasi dan mengancam ketiga jurnalis ini, untuk menghapus gambar yang telah diambil didalam ruangan sidang.
“Mereka mengancam kami dan mengeluarkan kata-kata makian. Salah satu warga yang mulutnya bau alkohol bahkan mengancam akan mencari dan membunuh kami, jika video itu sampai keluar di televisi,” ucap Ricardo, Jumat 28 April 2017.
Saat pertemuan dengan 20-an warga tersebut, ketiganya masih terus bernegosiasi tentang fungsi dan peranan pers dalam persidangan ini dan ketiganya meyakinkan akan memberitakan persidangan tersebut secara berimbang.
“Sayangnya, kelompok warga ini hampir memukul kami dan demi keamanan, kami bertiga menghapus video hasil liputan itu,” katanya.
Didalam persidangan sengketa Pilkada Kabupaten Tolikara yang memasuki pemeriksaan saksi-saksi juga diduga tak ada pengawalan polisi dalam persidangannya.
“Padahal, sebelum persidangan dimulai, kami sudah berkomunikasi dengan Kapolres Jayawijaya, untuk meminta pengamanan,” ujar Ricardo.
Terkait kejadian tersebut, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Jayapura menyesalkan tak adanya jaminan keamanan bagi awak media khususnya dalam peliputan kasus-kasus yang sensitif di pengadilan.
Ketua AJI Jayapura, Eveert Joumilena menyerukan agar pimpinan Pengadilan Tinggi Papua segera mengeluarkan instruksi bagi seluruh pimpinan Pengadilan negeri di Papua agar memberikan kebebasan bagi media untuk meliput segala kasus dalam persidangan.
AJI Jayapura juga meminta agar pimpinan Polda Papua juga memberikan arahan bagi seluruh pimpinan Polres untuk memberikan perlindungan bagi awak media yang bertugas di persidangan.
“Tugas wartawan hanya memberikan informasi bagi publik dan tak memiliki kepentingan apapun. Semuanya itu untuk memberi masukan bagi Forkompimda untuk mengeluarkan kebijakan atau program demi terciptanya bonum commune atau kesejahteraan bersama,” kata Koordinator Advokasi AJI Jayapura, Fabio Maria Lopes Costa menambahkan, Jumat 28 April 2017. *** (Lazore)

WALAUPUN KAMI BERJALAN KAKI NAMUN TAK PERNAH MENYERAH


 WALAUPUN KAMI BERJALAN KAKI NAMUN TAK PERNAH MENYERAH
Tahapan hidup merupakan fase Perjalanan kehidupan setiap orang yang tidak akan bisa dilompati. Semuanya berjalan berdasarkan alur yang telah ditentukan olehnya.
Oleh karena itu, hidup selalu menghadirkan cerita dan kisah yang menyatu dalam setiap keseharian kita. Berjalan tanpa bisa kita prediksi.
Senang atau susah, menangis atau tertawa, hitam atau putih, baik atau buruk, bising atau sunyi, menjerit atau bungkam hanyalah bagian kecil dari setiap sisi kehidupan. Karena semua bagian dari hidup telah diciptakan secara berpasangan.
Itulah sebabnya kita harus berani berjuang untuk mencicipi manisnya kesuksesan.

DPRD Tolikara Lakukan Pergantian Alat Kelengkapan Dewan


Jayapura – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tolikara melakukan pergeseran alat kelengkapan dewan. Kegiatan ini di 27 anggota DPRD. Sementara 3 lainnya tidak hadir.
Ketua DPRD Tolikara, Ikiles Kogoya, SH mengatakan pergeseran alat kelengkapan dewan disesuaikan dengan tata tertib, setelah 2,5 tahun dilakukan pembentukan, harus ada pergeseran.
Ketiga komisi yang dilakukan pergeseran yakni Komisi A, membidangi pemerintahan dan hukum, lalu Komis B membidangi ekonomi dan infrastruktur, serta Komis C membidangi pendidikan, kesehatan dan sosial budaya.
Lalu, ada juga kelengkapan dewan yang dilakukan reposisi yakni Badan Musyawarah (Bamus), Badan Anggaran (Banggar), Badan Legislasi (Baleg)
Dalam pergantian itu, secara aklamasi terpilih Ketua Komisi A, Yohan Wanimbo, S.IP dan Wakil Ketua, Lendius Weya; Ketua Komisi, Semuel Braly Weya, SE dan Wakil Ketua; Yanto Murib; Ketua Komisi C, Mendarmin Weya dan Wakil Ketua Tommy Munif Yikwa.
“Pergeseran secara rutin dilakukan untuk penyengaran dan meningkatkan efektifitas, efisiensi kinerja dewan sebagai fungsi pengawasan, termasuk pembangunan yang telah dilaksanakan, agar dapat terlaksana sesuai dengan visi dan misi Bupati Tolikara,” jelasnya belum lama ini.
Sementara itu, Ketua II DPRD Tolikara, Yotam Robert Wenda,SH mengapresiasi kerja Bupati Tolikara Usman G Wanimbo dan Wakil Bupati Amos Yikwa yang telah memberikan kemajuan besar untuk daerahnya.
“Mari kita dukung pemerintah yang sudah memberikan kemajuan dengan baik,” jelasnya.
Tak hanya itu saja, alat kelengkapan dewan yang sudah berganti ini diharapkan dapat bersinergi dengan organisasi perangkat daerah (OPD), agar program mencapai sasaran yang diharapkan.
“Termasuk dengan keluhan masyarakat di kampung dan distrik harus diperhatikan. Musrenbang kampung ataupun distrik harusnya dilakukan juga. Namun saya melihat Bappeda Tolikara kurang merespon ini,” kata politisi PKS tersebut. *** (Diskominfo Tolikara)                                    

5 Poin Kelebihan Perempuan Papua yang Wajib Anda Ketahui

Written By Unknown on Minggu, 23 April 2017 | April 23, 2017


Siapasih yang tidak mengenal perempuan Papua? Berbicara tentang perempuan Papua berarti kita bukan hanya berbicara tentang mama yang akan melahirkan laki-laki dan perempuan Papua. Lebih dari itu. Kita berbicara tentang kelangsungan manusia Papua di tanah surga. Sejak dahulu, antara mama Papua dan tanah Papua merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa kita pisahkan.

Jika ditinjau dari segi budaya "Suku Mee" maka tanah merupakan mama dan mama merupakan  jalan utama penentu kelangsungan kehidupan manusia di atas tanah. Itulah sebabnya, Suku Mee memandang tanah mereka sebagai Mama. Sedangkan  mama biologis merupakan penentu kelangsung suatu marga. Ketiadaan keturunan, bagi suku Mee terkadang merupakan persoalan yang besar. Ketiadaan anak ini merupakan satu poin yang memicu timbulnya poligami di wilayah Suku Mee. Meski secara sains ketiadaan anak dalam keluarga tidak selalu disebabkan oleh perempuan. Sayangnya, sampai sekarang hal itu sering berlaku. Ya, ujungnya perempuan Papualah yang salah. 
Seorang laki-laki bisa saja hidup tanpa seorang perempuan tetapi kehidupan terasa tidak sempurna tanpa kehadiran perempuan. Entah apa yang menyebabkan semua itu, tetapi yang pasti semua karena hukum alam yang mengharuskan  manusia hidup, berkembang, dan terus beradaptasi.  Jika  itu ditinjau dari segi biologi. Sedangkan dari segi agama kristen, maka manusia diciptakan Tuhan dari tanah yang diawali dengan penciptaan Adam. Selanjutnya, manusia ditakdirkan untuk terus berkembang dan beranak cucu.
Dipoin ini, pandangan budaya suku Mee dan pandangan Agama menjadi singkron. Agama bersaksi bahwa manusia diciptakan Tuhan dari tanah. Dan tanah menjadi sumber pembentuk tubuh jasmani dari semua manusia. Suku Mee memandang tanah sebagai mama yang menyediakan lahan untuk berkembun, membangun rumah, menyediakan makan, dan beranak cucu. Logikanya, menjual tanah berarti menjual mama  yang membentuk anda. Dan bahkan dulu, waktu Dihai masih kecil. Saya pernah dimarahi mama, hanya karena tulis-tulis di tanah. Katanya, itu mama jangan memotong dan menulis di tanah tanpa tujuan yang bermanfaat.     Dari pembahasan ini muncul dua pertanyaan untuk kita renungkan, yaitu 
  • Sudah berapa besar kita menjual mama sendiri demi memuaskan ego kita?
  • Sudah seberapa besar kita menghargai dan menjaga perempuan Papua sebagai mama yang akan menentukan kelangsung hidup manusia Papua?
Baca Juga: Surat Buat Perempuan Papua
Bacara Juga: Suara Untuk Perempuan Papua
Dalam bahasa gaulnya, perempuan Papua merupakan pucuknya. Sedangkan mama Papua merupakan akarnya. Yupss, karena pucuk tidak kuat tanpa akar maka pucuk itu akan menggantikan peran akar jika waktunya tiba dengan tujuan untuk menopang pucuk selanjutnya.
Pertama- Perempuan Papua itu tangguh dan jarang sekali ada yang dimanja 
Manja dan meminta perhatian lebih memang identik dengan cewek. Ya memang itulah salah satu tangungjawab seorang cowok, tetapi bagi perempuan Papua sifat manja terkadang berlebihan. Artinya, tanpa mendapat perhatian dan manja pun, bagi mereka yang terpenting adalah tidak melupakan mereka dan sering meluangkan waktu yang untuk membentuk mereka menjadi pribadi lebih dewasa dalam menyikapi masalah. Poin ini merupakan modal yang cukup bagi mereka.
Kedua perempuan Papua rata-rata cewet, spontan, keras, dan tidak pendendam.
Coba saja gan  ganggu cewek Papua. Terutama yang tidak mengenal anda. Heheheh  ingat!!Jika anda menggangu berarti anda siap terima respon dengan kata-kata semi rap.Artnya, ko ganggu berarti ko cari dapat maki. Dibalik kerasnya perempuan Papuamereka memiliki jiwa yang lunak. Jiwa keibuan yang sangat berjasa dalam memanusiakan manusia Papua. Mereka terkadang terlihat seperti baja di luar, tetapi memiliki jiwa selembut kapas. Cerewet dan spontanitas mereka merupakan topeng untuk menyembunyikan hati yang lembut.  Sekarang tergantung anda, apakah anda mampu menghapus tepeng itu untuk mendapat hati yang lembut.
Selain itu, sikap itulah yang membuat mereka menjadi diri sendiri. Jika dalam ilmu moral mereka menjadi manusia otentik. Apa adanya, bukan ada apanya. Mereka tidak bertopeng dibalik kelemah-lembutan tetapi tampil sebagai pribadi yang otentik.
Dalam percintaan ketika mereka diputuskan dan diabaikan terkadang sifat seperti ini membuat mereka susa melangkah untuk maju. Bagi mereka, kasih itu tidak hanya memaafkan, tetapi lebih dari itu. Seharusnya,  kasih itu memiliki. Mereka mampu mememaafkan tetapi rasa memiliki itulah yang  membuat mereka susah untuk melangkah alias Move On. Karakter mereka yang spontan dan otentik  membuat mereka sering berpapasan dengan kekerasan dari laki-laki Papua tetapi kelembutan itu mampu membuat mereka memaafkan dan jarang bergosip tentang suaminya, karena bagi mereka yang terpenting adalah memiliki.
Ketiga- jarang ada perempuan Papua yang individualis. Mereka rata-rata berjiwa sosialis tanpa pilih kasih. Artinya mereka akan bergaul dengan cowok dan cewek siapa saja yang mereka anggap baik dan nyaman. 
Di poin ini terkadang jiwa sosial seorang perempuan Papua terkadang salah direspon oleh laki-laki Papua. Ketika perempuan Papua dekat dengan laki-laki Papua. Kadang laki-laki Papua beranggapan bahwa hal itu terjadi karena perempuan itu suka dengannya. Artinya lebih dari seorang sahabat. Ya, tidak sedikit kasus seperti ini yang terjadi dalam hidup seorang perempuan Papua. Sampai-sampai di Papua  ada jargon Cinta di tolak ayuwa bertindak. Tidak tahu artinya, heheh tanya saja pada teman Papuamu. Kasus seperti ini, terkadang membuat mereka kesulitan untuk mencari tempat untuk berlindung. Tapi  mereka tahu, mana sahabat yang layak dan mana sahabat yang ada maunya. Lebih jauh lagi, ketika berkeluarga jiwa sosial ini membuat mereka memandang semua anak Papua sebagai anak mereka.
Keempat- pengaruh Positif perempuan Papua dalam meberikan dampak kepada perempuan non Papua yang menjadi bagian dari orang Papua.
Selama ini tidak sedikit perempuan non Papua yang menjadi bagian dari perempuan Papua (Mama Papua).  Mereka rata-rata sangat cepat menyesuaikan diri dengan kehidupan perempuan Papua. Mulai dari dialek, kebiasaan, cara merespon masalah, dan juga dalam nendidik anak serta  melihat secara merata semua orang tanpa membeda-bedakan keluarga dari pihak laki-laki. Proses ini tentu terjadi karena didikan suaminya, tetapi juga tidak terlepas dari pengaru positif pergaulannya dengan perempuan Papua lainnya. Baik di dalam lingkungan keluarga laki-laki mapun dari perempuan lainnya.
Kelima- laki-laki Papua terkadang merespon  kelembutan, kasih sayang, dan jiwa keibuan seorang perempuan Papua dangan apa yang tampak dipermukaan, yaitu keras kepala, suka melawan, cerewet, dan suka memancing emosi. 
Dihaimoma menulis
All@right dihaimoma
Di Poin ini tidak sedikit laki-laki Papua yang mengkur kelembutan, kasih sayang, dan cinta suci  perempuan Papua dari kecantikan, kerapian, dan keelokan seorang perempuan Papua yang terkadang tampil sederhana. Selain itu, banyak pulah yang memandang perempuan Papua itu keras, cerewet, dan kepala batu. Padahal, kita laki-laki Papualah yang tidak mampu menemukan kelebutannya.
Di sinilah perempuan Papua kembali disalahkan. Dalam hal ini, saya sepakat dengan Tua Konaiyo botak alias " Rigo Detto "bahwa jika perempuan marah dan kepala batu kesalahannya pasti adalah pada laki-laki sebagai kepala keluarga. Yah, mungkin karena laki-laki Papua belum menemukan kelembutan yang terselip di balik kepala batunya. Hal ini tentu menjadi tugas wajib laki-laki Papua. Heheheh, anda dan saya.

Demikian lima poin kelebihan perempuam Papua yang dapat Dihai bagikan kepada pembaca. Nahh, sekarang apakah ada yang perlu ditambahkan atau dikurangi? Bagaimana pendapat anda? Dihai sangat menghargai kritik dan saran dari pembaca.

Dua pertanyaan ini menjadi renungan untuk kita semua.   Heheheh, ingat ee gan. Termasuk Dihai sendiri juga. 
Selanjutnnya, dari pembahasan di atas jika kita memilah lagi antara perempuan Papua dan Mama Papua. Maka sama halnya dengan mama Papua dan tanah Papua pada penjelasan di atas. Keduanya tidak bisa kita pisahkan. Perempuan Papua merupakan pengganti peran mama Papua  dikemukian hari. Yah. Seperti kita ketahui, saat ini mama Papua terlebih dulu memegang peran vital dalam melahirkan manusia Papua. 
Berangkat dari pembahasan panjang di atas. Dihai akan berbagi 5 hal yang hanya dimiliki perempuan Papua dan membuat perempuan Papua menjadi pribadi yang unik dan tangguh.

Suara Untuk Perempuan Papua


Terlampau lama aku hidup sebatang kara. Bukan piatu tetapi yatim. Kata ibu, aku begini adanya. Ia tidak pernah memberitahu siapa ayahku dan mengapa aku yatim. Mungkin belum saatnya atau memang aku ditakdirkan untuk tidak mengetahuinya. Entalah. Sejak dahulu jawabannya telah melegenda dalam hati ibu.

Ahhhhh, perasaan tabu itu kembali menghampiriku. Malam ini, aku ingin bertanya siapa ayahku. Padahal puluhan kali ibu manangis dan memarahiku ketika aku bertanya siapa ayahku. Aku terbaring sunyi di kamar berdekor setengah layak. Rasa ini tak ada yang tahu, selain pelapon kosong yang tampak pucat dan hembusan nafas yang berdesa keluar mengisi ruang hampa ini.

Aku masih terbaring. Sangat mustahil bagiku untuk bertanya yang kesekian kali pada Ibu. Ahh mungkin akan ada waktu untuk aku menanyakannya.  Aku pun terpaksa harus membiarkan pertanyaan ini melegenda dalam hatiku.

Aku tidak mengetahui ayahku, bukan karena aku tidak mengetahui masa lalu Ibuku. Lebih tepatnya  aku hanya  tidak mengetahui mana yang menjadi ayahku. Jawaban dari  pertanyaan Inilah yang menjadi misteri hingga saat ini. Ibu dikenal dunia karena keelokannya, meski banyak yang beranggapan Ia hanyalah janda dari bekas tiga suaminya.

Perempuan paru baya yang dipilih Sang Khalik untuk  menjadi malaikatku dibumi itu  banyak  bercerita tentang masa lalunya. Dari tentang kehidupan rumah tangga dengan ketiga suaminya sampai dengan bagaimana menyikapi kehidupan. Hanya saja, kalau tentang  siapa  ayahku masih menjadi hal tabuh untuk di bicarakan. Enta apa yang  menghalangi  jawaban itu untuk keluar dari benak ibu . Aku pun tak mengetahuinya

Aku masih terbaring seperti semula. Posisi tidur, kaki hingga tanganku tidak berpindah seinci pun. Hanya tatapan mataku yang berpindah perlahan menjelajahi  langit-langit rumah yang tampak pucat. Aku mulai terbawa dalam perasaanku sendiri. Kali ini aku teringat apa kata ibu di senja itu, “semua perempuan Papua adalah Ibumu”. Sepenggal kalimat itu terucap dari bibirnya, meski saat itu aku belum sepenuhnya mengerti. Aku hanya mengangguk meyakinkan ibuku bahwa aku mengerti.

Bagaimana bisa ku pahami, seorang ibu berkata,” semua perempuan Papua adalah ibumu”. Masa seorang ibu yang melahirkanku dapat  berkata seperti itu. Jadi  benar,  aku terlahir  melalui lebih dari satu rahim perempuan Papua. Jika benar bagaimana mungkin itu terjadi. Aneh.

Ah, sudahlah  tidak ada gunanya memikirkan itu. Semua hanya omong kosong. Pikirku seraya menutup bola mataku dengan perlahan. 

                                                                    ***                                           
Hari ini aku terbangun kesiangan, rumahku sepih. Aku lekas keluar menuju ruang tamu rumahku yang nampak senyap. Aku duduk termenung di atas sofa yang bilik kanannya telah  menjadi sarang serang. Sepi, karena semua pergi  bekerja. Ibuku berprofesi sebagai  model, belakangan Ia menjalin hubungan dengan Budi. Seorang manipulator kelas dunia. Ia dikenal dan ditakuti dunia karena banyak membajak hasil karya orang lain. Itulah sebabnya, mereka menyebutnya manipulator kelas dunia.

Meski belum sepenuhnya mengetahui mengapa ibuku tertarik  pada lelaki itu. Aku sendiri agak linglung melihat tingkah ibu yang begitu tertarik pada lelaki pembajak yang tidak pernah menghargai karya orang lain. Selain itu, aku linglung karena mendengar gosip yang telah lama menjadi buah bibir para musafir kebebasan. Mereka menganggap ibuku di rebut lelaki pembajak itu karena kecantikan dan kemewahannya. Bukan melainkan karena cinta sehidup semati. 

Selain itu ada juga yang bergosip. Ibuku direbut pria pembajak itu dari suami keduanya yang bernama Belan. Konon kata mereka, pria yang akrab disapa Bel ini, sangat disegani dunia. 

Disegani karena kebaikan, juga keburukannya. Kebanyakan dari mereka selalu melihatnya dari sisi burukan pria itu. Padahal jika kita berangkat dari  filosofi hidup orang Tionghoa Hin dan Yan, maka kita pun salah karena melihatnya hanya dari satu sisi.

Bagiku apapun alasan dan masa lalunya, Ibuku bukanlah wanita pemuas nafsu para lelaki. Ia adalah wanita pemberi kehidupan dan aku tahu  jauh di lubuk hatinya. Ia pun rindu akan kebebasan yang mutlak dari tunangannya itu.

Selain kedua pria di atas, ada juga pria yang sempat singga di hatinya. Kata ibu, namanya  Porto. Pria ketiga ini agak samar dalam ingatan ibu. Saking lupanya saat bercerita  Ia kadang  berhenti sejenak untuk mengingatnya.

Yah.. ibuku memang termasuk orang yang menawan. Ia suka bercerita  tentang masa lalunya. Sesekali bola matanya nampak berkaca saat ia bercerita. Sesekali pula, air matanya berlinang terurai dipipinya yang nampak keriput. Masa lalunya begitu suram.

 Ketika aku  melihat orang  yang kucintai itu menagis. Serasa jantungku tidak bertugas. Aku berusaha menyimak tiap alur cerita masa lalu, yang keluar dari bibir wakil Tuhan itu. Semuanya nampak tak berending. Entalah, apa yang membuat masa lalu ibuku begitu suram dan sesak untuk disimak. Hingga kini tak berjawab.

 Ahh sudahlah ngapain aku memikirkannya. Lagian ibuku telah melewati sekian waktu dan berada di hari ini. Seraya bangkit berdiri dan mengakiri anganku yang membawaku melayang. Aku  melangkah dengan perlahan menyentuh sebuah foto wanita hitam manis yang terpampang di bilik kanan dinding rumahku. Foto itu nampak kusam. Debu yang berbaur di foto itu  membuat kemeja yang dikenakan wanita di foto itu tampak kumal. 

                                                             ***                        
Belum lama ini aku mencintai seorang wanita hitam manis yang seasal dengan ibuku. Bukan hanya dia yang manis  tetapi semua wanita dari kampung halaman ibuku. Aku mencintainya sesuai  dengan yang ku bisa. Apa adanya bukan ada apanya, meski kadang bersebrangan paham. 

Dalam percintaan,  meski  terkadang air mata  menjadi harga yang harus di bayar. Aku  berusaha untuk   mengalah. Mengalah bukan berati kalah. Kadang ada saatnya kita harus mengalah untuk menang jika itu satu-satunya jalan terbaik. Selain itu, ucapan “semua perempuan Papua adalah ibumu” dari ibuku, membuat aku harus terperangkap dalam pilihan. Ibu atau pacar.

Bagiku ini waktunya untuk menerapkan ucapan itu. Bahkan tanpa kusadari ucapan itu telah berakar dan meracuni pola pikirku yang akhirnya membuat aku memandangnya dari dua sisi. Ibu dan pacar. 

Sebagai manusia terkadang kekasiku membuat aku kesal dan marah dengan tingkahnya, tetapi sepenggal kalimat dari ibuku itu membuat aku memandang kekasihku sebagai ibuku. . Bagiku seberapa besar aku menghargai ibuku, itu pula yang akan kulakukan terhadap kekasihku dalam hidup yang amat singkat ini.

Sebut saja namanya Rita. Dia hanya satu dari sekian banyak wanita di tempat asal ibuku. Kata ibu wanita-wanita itu kadang di jadikan pemuas hawa nafsu oleh para lelaki. Banyak dari mereka diperlakukan setengah binatang dan banyak pula yang dihamili lalu di tinggal pergi.  Anak-anak mereka tumbuh tanpa tahu ayah mereka. Jangankan mengetahui paras seorang ayah, mengenal makna dari fonem “ayah” saja tidak. Rasanya sangat konyol, tapi itu yang ibu menceritakannya padaku.

Aku sebagai anak yang terlahir tanpa tahu siapa ayahku, kadang turut merasakan  apa yang anak- anak tanpa ayah itu rasakan. Aku membenci para lelaki itu, aku  menghina dan memaki mereka semampuku, namun aku hanyalah bocah yang belum juga tahu tujuan hidup dari dunia yang serba singkat ini. Ya, Itulah kenyataannya, mereka akan terus berkuasa atas para wanita dan selanjutnya melahirkan  generasi tanpa ayah.

Aku  berseru agar Sang Khalik murka dan musnahkan para lelaki itu, tetapi mereka membalas ucapanku “Tuhan itu hanya ada di dongeng orang primitif”. Aku sadar mereka benar, Tuhan itu dongeng tempat persembunyian dari kesalahan orang primitif yang tak mengenal-Nya sepenuh hati.

“Leo,  Ko melamun  apa di situ?” Mengagetkanku.

“Ey…Obet,  Ko dari mana?”. Tanyaku seraya berjalan menghampirinya .

“Sa dari kampus!”. Membalas ucapanku.

“Ohh.......

 Ko sudah baca berita ka, tidak?”. Bertanya lagi.

“Belum kawan, berita apa ka?” Penasaran.

Kawan, majalah  ini di halaman pertama memuat tentang kekerasan terhadap perempuan Papua. Beritanya menarik untuk di baca. Seraya menyodorkan sebuah majalah. 

“Oh, iyoo kha?, Oke sa baca dulu eee!”

Kedatangan Obet membuat semua amarahku terhadap para lelaki itu sirna sekedip mata. Kini sekang aku dihadapkan pada sebuah majalah yang dibawanya. Entah apa isinya aku mulai  membuka majalah itu dan membacanya dengan saksama.

                               Suara Untuk Perempuan Papua

Sajak tahun 1963 kasus kekerasan terhadap perempuan Papua terus meningkat. Kekerasan berupa, kesetaraan gender, poligami, dan sebagainya. Hal ini serupa dengan  topik yang  dimuat beberapa tahun lalu disalah satu majalah ternama di negeri ini “Papua tertinggi dalam kasus kekerasan terhadap perempuan”. Dalam edisi itu  Dr. Margaretha Hanita melaporkan kekerasan terhadap perempuan Papua mencapai 1.360 kasus untuk setiap 10.000 perempuan.
Dari kutipan itu dapat kita simpulkan bahwa kekerasan tersebut bukan hanya di lakukan oleh laki-laki non Papua.  Anehnya kekerasan tersebut mayoritas dilakukan oleh laki-laki Papua sendiri. 

Baru membaca beberapa  paragraf dari majalah tersebut, membuat aku mengerti tentang cerita  ibuku. Ternyata benar kata ibuku, para perempuan  di tempat asalnya sulit untuk bersaing dengan laki-laki. Ibarat tuan dan hamba. 

Huh, berita keparat, baru saja aku merenung tentang hal itu, mengapa topik serupa itu datang membangkitkan amarah yang telah hengkang dari benakku. Kampret ni majalah! Tau isi hatiku. Teriakku, seraya melempar majalah itu ke tong sampah.

Obet hanya terdiam dalam sepi. Menatap aku yang bertingka konyol. Ia berjalan menghampiriku  dengan wajah sedikit bermuram.

“Sob, siapkan pesanmu untuk  para lelaki itu. Dua hari lagi, aku akan berkunjung kesana”. Mencoba menenangkanku.

“ Huh” . Kali ini aku yang terdiam.

Hanya sepenggal kalimat itu yang terucap dibibirnya. Ia  berpaling dan terus berjalan keluar pintu rumahku. Menjauh  dan menghilang dari pandanganku.
Aku berjalan dan  kembali ketempat semula. Ku tatap dengan saksama isi ruang tamu rumahku, tak banyak yang berubah. Hanya saja kudapati sebuah kunci yang mengkilap  dengan sebua gantungan pita ungu bertuliskan,aku bukan pelacur.Aku tahu kunci itu adalah kunci lemari tempat menyimpan dokumen rahasia dari ibuku. Jarang Ia lupa. Ketika  tidur pun kunci itu selalu  terkalung di tangan kanannya. Entah apa yang membuatnya pagi ini, Ia meninggalkan kunci itu di atas meja. 

Aku menghampiri kunci itu dan menyodorkan tangan kananku seraya sesekali  menatap pintu rumahku. Yah.. aku hanya takut tingkaku di pergoki ibu. Ku ambil kunci itu dengan lekas kubuka lemari penuh misteri itu. Dalam remari itu aku melihat berbagai  map berjejer di tiap raknya. Pada kolom kedua dari rak paling atas kudapat sebuah buku kecil  bersampulkan Pulau emas. Sampul buku itu telah kusam, bertanda hampir tak pernah disentuh orang. Ku buka lagi  buku itu dengan lekas, di halaman pertama bertuliskan” Aku dihamili Budi pada tahun 1969  tepat pada usiaku yang ke sembilan tahun. Saat ini aku berusaha kembali  menjalin hubungan ini hanya karena aku tak ingin disebut hamil diluar nikah. Aku tak mau anakku Leo di pandang anak haram. Anakku! Ini  salah ibu. Maafkan Ibu.

 Catatan itu membuat aku  terdiam tanpa kata. Sekarang telah ku ketahui  semua misteri itu. Tak banyak bisa ku lakukan selain  terdiam dalam kesenyapan menerima kenyataan itu.

                                                                   ***
                       
Dua hari telah berlalu. Catatan kecil itu membuat aku terus  mengurung diri di kamarku. Aku tahu Obet akan datang hari ini untuk meminta pesanku kepada para lelaki itu.

 Aku merangkak perlahan sembari menyodorkan tanganku pada secarik kertas  yang terletak di atas meja belajarku. Ku ambil  pena dan merangkai kata di atas kerta itu.

“Aku hanya ingin berpesan pada kalian. Sepenggal kata yang sering di utarakan ibuku. "Perempuan Papua bukan hanya pacar, istri,  atau pemuas hawa nafsumu, tetapi Ibumu sendiri". Apakah berani anda bersaksi ibuku adalah pemuas  hawa nafsuku.  Jika tidak sayangi dia dan pandanglah dia sebagai Ibumu. Apapun yang engkau lakukan terhadapnya, mencerminkan bagaimana engkau menghargai ibu yang membuatmu ada di dunia ini.

Tak banyak yang kutuliskan  di surat itu. Ku lipat surat itu dan kembali  kuletakkan di atas meja. 

Beberapa menit berlalu pintu kamarku di ketok.

“Leo..Leo! Ko buka pintu ka?”Memintaku.

Dengan lekas ku buka pintu itu.

Tampak Obet di depan pintu itu dengan style orang yang hendak bepergian jauh.

Obet..! aku menyapa.

Tanpa basa basi Obet berkata” Mana surat itu? “. Memotong ucapanku.

 Aku harus terburu-buru. Lanjutnya lagi.

Ku serahkan surat yang terletak di atas meja belajarku itu.

Tanpa basa-basi, Obet mengambil surat itu dan berkata

Aku harus lekas pergi. Takut ketinggalan kapal. Seraya menutup pintu kamarku.

Aku tak membalas apapun dan kembali terbaring.

Setelah membaca cerpen ini. Apa makna yang anda dapatkan dari isi cerpe ini?

Di Panaga, Usman-Dinus Kembali Raih Ikat Suara 4 Distrik


KARUBAGA-Setelah sebelumnya, dalam kampanye di Distrik Kanggime, pasangan calon bupati Tolikara nomor urut 1, Usman G Wanimbo – Dinus Wanimbo mengikat suara dari 4 distrik.
Kini, calon petahana ini, kembali mengklaim meraih suara penuh alias ikat suara dari 4 distrik saat kampanye yang dipusatkan di Distrik Panaga, baru-baru ini.Suara itu, dari dukungan masyarakat dari Distrik Panaga, Gika, Timori dan Emeluk, yang disampaikan melalui kepala-kepala suku dan dari ikatan mahasiswa dari keempat distrik tersebut.Paslon bupati Tolikara berjukuk Manis ini, menyampaikan terima kasih atas dukungan dari masyarakat empat distrik tersebut, melalui pernyataan sikap mereka mendukung 100 persen untuk Usman-Dinus.“Itu terbukti dalam ucapan penyampaian masing-masing para kepala suku dari distrik itu yang telah menyampaikan dukungan 100 persen kepada kami, termasuk pimpinan agama atau gereja,” kata Usman G Wanimbo didampingi Dinus Wanimbo, usai kampanye.Apalagi, kata Uman, hampir semua kampanye belum ada pernyataan dukungan dari mahasiswa, tetapi untuk Distrik Gika, Panaga, Timori dan Emeluk, ikatan mahasiswa setempat mendukung Usman-Dinus.“Selain mendukung kami, mereka juga menyampaikan aspirasi agar pendidikan mereka diperhatikan, termasuk hingga S2 atau S3,” ujarnya.Selain itu, juga memberikan peluang kepada putra daerah setempat untuk dapat menduduki jabatan tertentu dalam pemerintahan.Sementara itu, dari masyarakat dan kepala-kepala distrik meminta untuk dilakukan pemekaran kampung dan distrik.“Ini juga menjadi agenda kami kedepan jika kami terpilih. Kami akan membawa itu dalam aspirasi masyarakat untuk kita angkat dalam program kami kedepan,” ujar Usman dihadapan ribuan massa pendukungnya.Dalam kampanye di Panaga ini, dukungan terhadap Usman-Dinus sangat jelas terlihat dari ribuan massa yang bersuka cita mengikuti kampanye, sambil menyanyikan lagu-lagu daerah setempat.Usman mengatakan, jika masyarakat sudah mengetahui semua kandidat bupati, termasuk kerjanya. “Jadi, saya silahkan pilih mana yang terbaik, baik dalam pelayanan kepada masyarakat, penyelenggara pemerintahan dan pembangunan. Mereka sudah tahu semua,” ujarnya.Yang jelas, pihaknya akan terus memperbaiki kekurangan ke depan, termasuk kurangnya tenaga medis dan dokter di puskesmas, sesuai visi misinya untuk mengembangkan SDM di Tolikara yang menjadi prioritasnya. (*/tim)

Sebenarnya Perempuan Papua Itu Sudah Cantik Secara Alami

Written By Unknown on Sabtu, 22 April 2017 | April 22, 2017


MAJALAHTOLI – Tertarik dengan sebuah teguran yang diberikan sebagai dorongan motivasi bagi perempuan Asli Papua oleh Bapak Dosen Felix Degey yang juga adalah penulis artikel ini. Dan artikel ini sebelumnya diposting di wenaskobogau.com, dengan judul “Perempuan Papua Sudah Cantik Secara Alami” dan disini saya hanya memperbanyak lagi, supaya  sama-sama dapat motivasi yang banyak juga yea. Hm maklum ea, ini adalah pertama postingan saya di NL Community, dapat inpirasi awal hehe.*
Ide untuk menulis tulisan ini muncul setelah melihat dan mengamati gaya dandanan yang belakangan ini terlihat berlebihan pada kebanyakan Perempuan Asli Ras Melanesia dari Tanah Papua. Entah itu asli atau palsu tidak jelas. Sehingga, seringkali susah dalam membedakannya. Hal tersebut sangat nampak secara khusus pada tata rias yang dilakukan pada rambutnya. Pada hakekatnya, Bangsa Papua Barat Ras Melanesia memiliki ciri khas khusus yang membedakan dengan suku bangsa lain di dunia. Tidak lain adalah dengan hitam kulit dan keriting rambutnya.
Perbedaan itu pula yang sesungguhnya membuat kita adalah unik, khas dan tidak ada duanya. Namun demikian, sayang sekali karena kekhususan tersebut kini terlihat mulai pudar. Betapa tidak mungkin, saat ini banyak kawula muda yang mulai tampil sesuai dengan gaya dan trend yang sedang berkembang. Baik itu dengan pernak-pernik ataupun busana yang dikenakan maupun pada ciri fisik yang ada pada dirinya. Salah satu contohnya adalah pada rambut dari setiap Perempuan Asli Ras Melanesia Papua.
Saat ini banyak dari mereka yang mulai ramai dengan membuat variasi pada rambutnya. Baik itu pada bentuk, ukuran maupun warnanya. Ada yang menarik rambut keriting keribu mereka menjadi halus dan lurus sebagaimana seperti orang dari Ras Melayu (rebounding). Selain itu, ada juga yang mewarnai rambutnya yang sesungguhnya hitam keriting menjadi lurus dan berwarna-warni (coloring). Tidak hanya itu, ada juga dari mereka yang kini hanya membeli potongan-potongan rambut dari orang lain. Lalu mereka mulai sambung menyambung menjadi panjang. Sehingga terlihat ada perubahan secara cepat (instant) pada rambutnya.
Selain itu, ada juga yang hanya membeli topi yang dibungkus dengan berbagai jenis rambut palsu. Sehingga, ketika mengenakannya terlihat benar-benar seperti rambut yang ada dan tumbuh pada kepalanya. Padahal, sesungguhnya untuk mengubah bentuk, ukuran dan warna dari rambut yang alami membutuhkan waktu yang sangat lama. Contohnya untuk menjadikan rambut berbentuk ikal, tebal dan panjang (talingkar) harus melalui proses perawatan yang intensif dan terus-menerus. Karena ia tidak bisa berubah hanya dalam tempo sesaat sebagaimana yang lazim dilakukan oleh muda-mudi saat ini. Kendatipun demikian, dapat dipahami bahwa semuanya itu dilakukan barangkali untuk meniru gaya dan penampilan dari para tokoh idolanya. Baik itu dari kalangan para pemain bola ataupun penyanyi terkenal. Akan tetapi, tentunya dipahami bahwa sampai kapanpun mereka tidak akan sama persis seperti orang-orang kebanggaannya tersebut. Sebagai
contoh mereka yang sering diidolakan kebanyakan dari kalangan para penyanyi kulit hitam. Mereka adalah seperti Bob Marley, Lucky Dube (alm) ataupun para penyanyi grup-grup band yang biasa tampil dalam Musik Reggae Rastaman. Padahal, jika itu sebagai ungkapan kekaguman terhadap salah seorang tokoh, maka seyogiyanya tidak perlu berpenampilan sama seperti mereka. Akan tetapi, hal lain yang sesungguhnya lebih penting adalah belajar dan meniru semangat dan ideolologi yang perna mereka ekspresikan. Karena untuk meniru penampilan secara fisik seringkali lebih mudah dari pada semangat dan daya juangnya. 
Selanjutnya, meskipun suatu barang sangat tidak sama dengan manusia. Akan tetapi, ulasan berikut ini digunakan hanya sebagai daya pembanding (analogy) untuk memperjelas betapa pentingnya menjaga identitas dan jati diri dari setiap orang. Karena semakin tidak asli, maka tentu akan mengurangi harkat, martabat dan derajat dari seseorang. Ibarat suatu barang.
Jika ia asli (original), maka tentu memiliki nilai jual yang sangat tinggi karena kualitasnya. Akan tetapi, jika barang tersebut hanyalah hasil tiruan (modification), maka sudah sangat jelas ia akan terlihat murah meriah. Bahkan seringkali tidak ternilai karena memang tidak laku. Akhirnya, terlihat kaduluarsa dan tidak layak dipakai oleh orang (expired). Ketahuilah bahwa hal senada juga yang bisa terjadi pada identitas jati diri seseorang. Terlebih adalah dalam hal pengakuan sebagai putra dan putri terbaik Asli Papua Ras Melanesia. Sebagaimana perna diakui oleh banyak orang. Baik itu melalui tulisan diberbagai media massa maupun secara lisan. Sehingga, berikut ini adalah salah satu contoh pengakuan diri yang perna ada dalam bentuk lisan yakni dalam alunan lagu. Lagu tersebut adalah dengan judul Aku Papua Ciptaan Frangky Huberth Sahilatua (alm) yang dinyanyikan oleh Edo Kondologit.
Oleh karena itu, marilah kita baca, nyanyi dan menelaah makna dari setiap kata dan kalimat dari syair lagu berikut ini:
Tanah Papua, tanah yang kaya surga kecil jatuh ke bumi seluas tanah sebanyak batu adalah harta harapan. Tanah Papua, tanah leluhur, di sana aku lahir bersama angin bersama daun aku dibesarkan. Hitam kulit, keriting rambut, aku Papua 2x Biar nanti langit terbelah, aku Papua Tanah Papua tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi seluas tanah sebanyak batu adalah harta harap. (naworlano.com)

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Portal Berita Tolikara No. 1 Majalah Toli - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger